Menghafal Al-Qur'an bagiku adalah kenikmatan terbesar yaitu ridha Allah ﷻ. Dengan hafalanku aku berharap kelak diyaumil akhir saat semua manusia riuh berlari kocar kacir bagai anai2 berterbangan, aku datang memakaikan jubah kemuliaan dan mahkota di kepala kedua orangtuaku. Lalu kami duduk dibawah pohon yang rindang menikmati buah2an yang ranum ditemani semilir angin yang berhembus lembut dengan kicauan burung riang gembira penuh kedamaian. Kemudian kami pun beranjak menuju rumah rasulullah ﷺ. Ah, sungguh aku tak percaya diri. Apakah aku pantas?
Itulah harapanku, terlihat gila namun hidup tanpa harapan jauh lebih menyeramkan daripada tersandung kegagalan. Sekarang saatnya aku mendaki melewati terjalnya hambatan2 tuk menggapai impianku. Terkadang futur menyerangku tapi aku tidak ingin buru2 menyerah dan melumpuhkan semangatku. Aku hanya belum menyusun berlapis strategi agar dilimpahi pertolongan dariNya. Bagaimana mungkin aku menyerah padahal Allah ﷻ telah memberi garansi dalam firmanNya dan mengulangi pada redaksi yang sama sebanyak 4 kali pada QS. Qamar ayat 17, 22, 32, dan 40 bahwa menghafal Quran itu mudah. Jika aku menyerah itu sama artinya aku tidak percaya pada garansiNya.
Perlahan namun pasti Al-Qur'an telah mengubah hidupku. Semoga Al-Qur'an mampu merekontruksi prilaku dan kepribadianku kearah yang lebih positif. Dan semoga aku mampu menyelesaikan tugasku mencapai garis finish dengan sempurna walau kadang dibayangi rasa takut tentang hasil yang tak sesuai harapan. Tapi aku yakin sang penggenggam nyawa tidak akan menyia2kan usaha hambanya, karena hasil tidak akan menghianati usaha namun hasil tetaplah menjadi hak prerogatif Allah ﷻ. Tugasku hanya berlari secepat dan sebaik yang aku bisa sisanya kuserahkan pada sang pemilik jiwa ragaku.